Tuesday, January 30, 2018

Membangun Desa Lewat Agrowisata

Saat sebagian besar desa memanfaatkan dana desa untuk membangun infrastruktur, Desa Langgongsari, Cilongok, Kabupaten Banyumas, di bawah kepemimpinan Rasim, menggunakan dana desa untuk membangun unit-unit usaha sejak tiga tahun terakhir.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO--Siswa PAUD Darussalam Gununglurah berkunjung ke Agrowisata Bulak Barokah, Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas, Sabtu (20/1). Di tanah desa seluas 4 hektar itu ada beraneka tanaman dan hewan ternak. Tempat ini menjadi wisata edukasi sekaligus menambah penghasilan warga.

Salah satunya, memanfaatkan tanah desa yang terbengkalai menjadi agrowisata bernama Bulak Barokah.


Pada Sabtu (20/1), puluhan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Darussalam Gununglurah berlarian sambil berteriak kegirangan melihat aneka ternak yang dipelihara di agrowisata seluas 4 hektar di Kecamatan Cilongok, 7 kilometer arah barat dari alun-alun Purwokerto. Ada yang antusias memberi rumput kepada sapi-sapi, ada yang mendekat ke kandang kambing, ada pula yang melemparkan pakan ke kolam ikan.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO--Warga membuat gula kelapa di Agrowisata Bulak Barokah, Desa Langgongsari.

”Kami ingin mengenalkan aneka hewan dan tanaman kepada anak-anak. Tempatnya dekat dan murah untuk rekreasi sambil belajar tentang alam,” kata guru PAUD Darussalam Gununglurah, Suebatul Aslawiah.

Di sudut lain, Kirno (49) bersama sejumlah warga desa tampak sibuk mencari rumput dan menggali tanah untuk dijadikan lubang resapan air. Sudah ada 18 dari target 80 lubang resapan air berdiameter 1 meter dan kedalaman 2,5 meter.

”Dulu saya bekerja sebagai buruh pemecah batu, sekarang mengurus kebun ini,” katanya.

Di sisi depan kebun, berderet 26 bangunan kios dari anyaman bambu masing-masing berukuran 3 x 4 meter. Kios-kios tersebut hanya boleh disewa oleh warga sekitar. Sewanya Rp 600.000 per tahun. Warim (45) dan Durori (22) menyewa kios untuk dijadikan warung makanan ringan, seperti mendoan khas Banyumas serta minuman.

Durori mengatakan, dia adalah lulusan SMP dan bekerja di pengolahan kayu selama 3 tahun dengan upah Rp 400.000 per minggu. Saat ini, ia fokus membuka warung di Agrowisata Bulak Barokah. Omzetnya mencapai Rp 200.000 per hari.

Sementara Warim, yang bekerja sebagai penderes kelapa, kini punya penghasilan tambahan dari berjualan makanan ringan.

Di agrowisata terdapat 30 ekor kelinci, 16 sapi, 3 kerbau, dan 25 kambing berbagai jenis, termasuk domba keturunan garut. Ada pula belasan ribu ikan lele, nila, patin, dan melem. Tanaman keras di sana pun beragam mulai dari durian sebanyak 650 pohon, petai 400 pohon, tebu, salak, dan sayuran, seperti mentimun.

Menyulap
Kepala Desa Langgongsari Rasim mengatakan, tanah desa seluas 4 hektar itu terbengkalai selama bertahun-tahun. Lahan itu tidak produktif dan sering dianggap angker. Konon setiap ada anak yang main di sungai dekat kebun, keesokan harinya sakit dan kemudian meninggal. Tanah itu pernah disewa orang luar desa untuk dijadikan tempat pemecahan batu selama lima tahun, tetapi tidak banyak manfaat yang diterima warga dari usaha tersebut.

Dana desa pun dimanfaatkan sebagai modal untuk menyulap lahan terbengkalai itu menjadi agrowisata. Kini kebun mulai tertata rapi dan menjadi tempat wisata sekaligus usaha bagi warga.

Di lahan itu dibangun 24 petak tempat pengolahan gula kelapa. Di desa itu terdapat sekitar 450 perajin gula kelapa dengan produksi sekitar 2-3 ton per hari.

”Tempat pengolahan gula kelapa yang tadinya tersebar di rumah-rumah warga, kini dipusatkan di tempat ini agar dapat dilihat orang dan pembeli mudah mencari. Di tempat ini juga lebih bersih,” kata Rasim.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO--Kirno (49), mantan buruh pemecah batu yang kini bekerja di Agrowisata Bulak Barokah, sedang memberi makan ikan.

Rasim memaparkan, desanya memperoleh dana desa sejak 2015 sebesar Rp 315 juta, pada 2016 sebesar Rp 600 juta, dan pada 2017 sebesar Rp 922 juta. Sebanyak 90 persen dari dana tersebut dipakai untuk membangun agrowisata.

Kendati belum banyak menghasilkan, Rasim optimistis pada 2019 pendapatan desanya bisa mencapai Rp 1 miliar. Saat ini baru ada 4 pohon durian yang berbuah.

Sejak dibuka dan diresmikan November 2017 sampai pertengahan Januari 2018 jumlah pengunjung mencapai 388 orang. Selain warga sekitar, pengunjung juga datang dari Purwokerto, Purbalingga, Bumiayu, dan Banjarnegara. Tiket masuk Rp 12.500 per orang. ”Desa tidak akan maju kalau tidak punya usaha,” ujar Rasim.

Penghargaan OJK
Selain Agrowisata Bulak Barokah, ada 4 unit usaha lain dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kabul Ciptaku dari Desa Langgongsari. Unit lain adalah usaha pijat dengan 8 pemijat, diberi nama Bregas Mantap Waras, unit usaha pendistribusian air bersih bernama Tirta Nala, unit usaha perdagangan sembako CV Abdi Jaya, serta badan kredit desa.

”Intinya dana desa dipakai untuk hal-hal produktif. Hasilnya dipakai untuk membangun infrastruktur,” kata Rasim yang baru saja menerima penghargaan sebagai Tokoh Inspirator Inklusi Keuangan pada Bidang Pengembangan BUMDes 2018 dari Otoritas Jasa Keuangan. Penghargaan diserahkan Presiden Joko Widodo di Jakarta.

Usaha Rasim dan warga desa dilirik oleh sejumlah instansi. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, misalnya memberikan bantuan berupa ternak sapi, kandang, serta perangkat biogas. Sedangkan PT Perusahaan Gas Negara memberi bantuan berupa pembangunan terowongan bawah tanah untuk menghubungkan kebun agrowisata yang terbelah oleh jalan. Terowongan tersebut panjangnya 26 meter, tinggi 3,5 meter, dan lebar 3 meter.

Anggota DPR, Budiman Sudjatmiko, salah satu inisiator yang membidani lahirnya undang-undang desa, hadir dalam peresmian Agrowisata Bulak Barokah pada 16 November 2017. Budiman mengatakan, desa dapat maju dan berkembang jika warga dan perangkat desa mau bekerja keras, berjejaring, dan berinovasi.

Bupati Banyumas Achmad Husein mengapresiasi inisiatif Desa Langgongsari dalam memanfaatkan dana desa. Dia berharap, desa-desa mengelola dana desa secara transparan. Usaha yang dirintis desa dapat menghasilkan dan berdaya guna dalam menyejahterakan warganya.--MEGANDIKA WICAKSONO 

Sumber: Kompas, 31 Januari 2018

No comments:

Post a Comment