Tuesday, January 30, 2018

Kreativitas Tanpa Batas dari Sukaruas

KOMPAS/DEDI MUHTADI--Dadan Rukmana (47) memperlihatkan salah satu produk hasil perajin Kampung Kreatif Sukaruas, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung Sukaruas merupakan salah satu sentra kerajinan anyaman pandan di Rajapolah.

Kelindan program pemerintah dan semangat swadaya warga mampu mengorbitkan Kecamatan Rajapolah menjadi sentra kerajinan anyaman berskala nasional. Salah satunya adalah Kampung Kreatif Sukaruas di Desa Sukaraja. Produknya bahkan melanglang buana ke sejumlah negara, termasuk Jepang.

Para perajin Kampung Sukaruas, semula mengembangkan usaha kerajinan mereka masing-masing. Belum ada jaringan kerja sama satu dengan yang lain, baik dalam memasarkan produk maupun membeli bahan baku.

Itu pula yang menjadikan usaha mereka tidak berkembang karena bertempur dalam kandang. Mereka bersaing secara tidak sehat, misalnya saling menjatuhkan harga jual untuk merebut pasar. “Padahal, kalau bisa menentukan harga bersama, usaha kami bisa menjadi sehat. Atau membeli bahan baku dalam jumlah besar, harganya bisa lebih murah,” ujar Dadan Rukmana (47), salah satu perajin, Sabtu (28/10).


Melihat besarnya potensi pasar lokal dan luar negeri, sekitar 20 perajin Kampung Sukaruas menggagas Paguyuban Kampung Kreatif Sukaruas (PKKS). Tujuannya sebagai wadah menampung ide-ide dan kreativitas warga yang sebagai besar perajin anyaman pandan, eceng gondok, dan lidi.

Paguyuban ini juga didirikan untuk membangun kebersamaan, gotong royong, dan mempererat tali silaturahim sesama warga Kampung Sukaruas. Sejak membentuk jejaring, para perajin tidak menemui kendala berarti dalam mencari bahan baku, termasuk dalam proses pembuatan, desain, hingga permodalan dan pemasaran. Hasilnya, nama Kampung Sukaruas kian dikenal luas.

Ade Abubakar (51), salah satu penggagas PKKS, menuturkan, selain membentuk jaringan kerja sama antarperajin, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan penetrasi pasar dan promosi ke luar negeri terus berkembang. Produk utama yang laku terutama aneka ukuran kotak berbahan anyaman pandan.

Boks-boks ini biasa digunakan untuk tempat tisu, sampah, pensil, hingga tempat penyimpanan buku dan alat-alat kantor.

Ade yang memproduksi sandal, tas, dan aneka kerajinan lainnya ini mengatakan, selain pasar lokal, negara-negara di Asia, terutama Jepang, menyukai produk tersebut. “Malah produk topi sudah lama kami ekspor ke Spanyol dan Italia,” kata Dadan Rukmana (47), yang juga adik Ade.

Penjualan produk kerajinan ke pasar lokal sebagian besar sesuai dengan pesanan, mulai dari Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Seorang perajin dalam sebulan bisa menjual sekitar 5.000 jenis aneka kerajinan. Produk kerajinan paling mahal adalah tas anyaman pandan Rp 150.000 per buah. Di pasar ekspor topi bisa dijual Rp 30.000, sedangkan di pasar lokal Rp 6.000. Harga kotak anyaman berkisar Rp 75.000-Rp 150.000.

Tenaga kerja perdesaan
Semula, keluarga Ade menjual hasil kerajinan keluarganya ke Jepang melalui eksportir di Bali. Setelah beberapa tahun, perusahaan eksportir di Bali itu dibubarkan. Pihak importir di Jepang pun langsung menghubungi Ade di Rajapolah. Sejak 2013, mereka langsung menjual produk kerajinan ke Jepang melalui Surabaya.

Keluarga Ade merupakan satu dari sekitar 20 pengusaha yang sudah menjual produknya ke pasar ekspor, sebagian besar kotak anyaman. Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, industri kreatif berbahan baku pandan ini mampu menyerap lebih dari 15.000 tenaga kerja dengan nilai produksi lebih dari Rp 300 miliar per tahun.

Usaha Ade mampu menampung sekitar 40 pekerja perajin perdesaan yang diupah secara borongan dan harian bergantung pada tingkat kesulitan pekerjaan. Dalam sebulan, mereka mendapat pesanan tetap dari “Negeri Sakura” satu kontainer senilai Rp 100 juta. Satu kontainer berisi 3.500 aneka kerajinan pandan, seperti kotak tempat tisu, kotak tempat sampah, wadah pensil, serta tempat penyimpanan buku dan alat-alat kantor.

Keberhasilan perajin Kampung Sukaruas, Rajapolah, mengekspor produk-produk kerajinan tak lepas dari upaya fasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tasikmalaya. Para perajin pernah menerima peningkatan keterampilan melalui pelatihan teknis menganyam dan pembuatan aksesoris.

Pemkab juga menyediakan peralatan yang berhubungan dengan kerajinan seperti mesin jahit dan kompresor. Di bidang pariwisata, Dinas Pariwisata setempat juga gencar menggelar sosialisasi peningkatan pengetahuan kepada warga Sukaruas. “Malah, kami juga difasilitasi untuk melihat studi banding Kampung Kreatif di Yogyakarta atau Bali,” ujar Ade.

Adapun pembangunan infrastruktur berupa pengaspalan (hotmix) jalan masuk desa baru terealisasi pada 2015 lewat anggaran Pemerintah Provinsi Jabar. Para perajin, melalui PKKS, masih berharap program-program fasilitasi, terutama pengembangan pemasaran.

Perhatian pemerintah daerah juga tak lepas dari penetapan Sukaruas sebagai kampung kreatif Jabar sejak akhir 2012. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar Netty Prasetiyani Heryawan, mengatakan, Sukaruas telah ditetapkan sebagai kampung kreatif di Jabar sejak 2012.

Kampung kreatif dirancang memadukan berbagai unsur, mulai kesenian, kebudayaan, kerajinan, hingga kuliner. Harapannya, kawasan tersebut menjadi pusat kreatif juga menjadi daya tarik wisatawan dan mendorong ekonomi warga.

Akses jalan
Iskandar, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Sukaraja yang juga ketua tim pengelola program inovasi desa menjelaskan, hingga kini desa masih fokus di bidang infrastruktur secara menyeluruh. Kini, semua kegiatan Kampung Kreatif Sukaruas murni dijalankan para pengusaha perajin secara mandiri.

Pihak desa juga menunggu kucuran dana dari Pemprov Jabar untuk memperlebar akses jalan masuk ke kampung. Lebar jalan masuk rata-rata hanya 4 meter dan berbelok-belok sehingga bus-bus besar pariwisata tidak bisa masuk Sukaruas.

Pemkab Tasikmalaya juga menjanjikan pembangunan jalan baru selebar 7 meter yang masuk ke Sukaruas langsung dari Jalan Raya Bandung-Rajapolah-Tasikmalaya melalui program Gerbang Desa. Tujuannya untuk menjadikan Kampung Kreatif Sukaruas salah satu pilihan paket wisata.

Saat berkunjung ke Sukaruas, Agustus lalu, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Pemkab akan menyiapkan sarana dan prasarana untuk memfasilitasi kedatangan wisatawan. Nantinya akan ada pembebasan lahan untuk memperlebar akses jalan agar bus wisata bisa masuk. Tentunya disertai lahan parkir dan gerai-gerai guna memajang aneka produk kerajinan di sekitar tempat parkir.

Nantinya wisatawan tidak hanya membeli oleh-oleh, tetapi juga belajar membuat kerajinan tangan. “Jadi, kampung kreatif ini tidak hanya menjual, tetapi juga memproduksi bahan baku atau bahan setengah jadi. Nanti akan ada edukasi kepada para wisatawan agar mereka tertarik untuk membeli langsung produk dari perajin. Pertengahan 2018 akan ada pembebasan lahan,” kata Uu.

Kendati dilimpahi ragam potensi, selama ini wisatawan lebih banyak mengenal Kota Bandung sebagai daerah kunjungan wisata di Jabar. Kampung Kreatif Sukaruas diharapkan turut memperluas spektrum wisata di Tatar Sunda ke kawasan selatan seperti Tasikmalaya yang selama ini relatif tertinggal.--DEDI MUHTADI 

Sumber: Kompas, 11 Desember 2017

No comments:

Post a Comment