Monday, November 13, 2017

Alarm Persalinan yang Menyelamatkan Ibu dan Bayi

Alarm Persalinan di Puskesmas Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Riau  kini menjadi salah satu dari Top 40 Inovasi Pelayanan Publik terbaik Se-Indonesia pada 2017. Penghargaan atas inovasi sederhana namun mampu menekan angka kematian ibu dan bayi itu diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada acara Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental, di Stadiun Manahan Solo, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah, Jum’at (25/8).

“Tahun ini kami lebih baik. Sebelumnya inovasi layanan publik kami dari Dinas Pekerjaan Umum terhenti di 99 inovasi terbaik. Namun sekarang masuk dalam Top 40. Hanya ada dua kabupaten di Sumatera yang dapat penghargaan seperti ini. Ini akan memicu semangat kami untuk berbuat lebih baik lagi dimasa mendatang,” ujar Bupati Siak Syamsuar yang dihubungi pada Sabtu (26/8).


Alarm Persalinan yang menjadi program unggulan Dinas Kesehatan Siak tersebut menyisihkan 3054 inovasi layanan publik dari seluruh Nusantara yang dipantau langsung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pada 3 Juli 2017 lalu, Kompas telah menuliskan inovasi sederhana para bidan memanfaatkan teknologi informasi untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.

KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI--Personel Puskesmas yang berhasil membuat inovasi Alaram Persalinan

Alarm persalinan merupakan sebuah terobosan yang sangat sederhana. Siapapun dan dimanapun dapat diterapkan. Pada prinsipnya alarm itu mirip penanda agenda acara yang disetel pada gawai atau telepon genggam pribadi. Bedanya, alarm persalinan disetel khusus untuk memprediksi hari kelahiran bayi.

Sebelum menyetel alarm, para bidan di desa-desa harus setiap saat memonitor keberadaan ibu hamil muda. Apabila ditemukan ibu hamil baru, bidan desa wajib melaporkan kehamilan itu lewat aplikasi Whatsapp yang beranggotakan seluruh (16 orang) bidan di seluruh jajaran puskesmas.

Setelah itu, bidan koordinator akan menyetel alarm persalinan di perangkat laptop Puskesmas. Pada tanggal prediksi kelahiran bayi yang sudah disetel, alarm akan menyala dengan nada tangisan keras bayi.

Setiap pagi, Koordinator bidan di puskesmas Bertha Karo-Karo, memimpin rapat bersama anggotanya, Elsa Febrianti, Veny Ulya Pratama, Rina Siburian, dan Nurul Hidayati. Laptop pun dibuka. Apabila terdengar bunyi tangisan bayi dari laptop, maka bidan koordinator segera menghubungi bidan desa di lokasi ibu hamil.

”Begitu alarm berbunyi, saya langsung meminta bidan desa memonitor perkembangan ibu yang akan melahirkan. Bila perlu bidan desa menongkrongi rumah ibu hamil itu. Kalau lebih dari empat hari belum lahir, kami akan meminta agar dirujuk ke rumah sakit,” kata Bertha saat berbincang dengan Kompas pada Mei lalu.

Tentu saja inovasi itu bukan hanya soal prediksi hari kelahiran semata. Setelah penyetelan alarm, setiap bidan desa wajib membuat data kehamilan berisi informasi nama ibu, nama suami, umur, alamat, hari pertama haid terakhir, dan prediksi hari partus (melahirkan).

Bidan desa wajib memberikan penyuluhan yang disebut kelas kehamilan di poliklinik desa. Minimal dilakukan tiga kali pertemuan, yaitu pada usia kehamilan triwulan pertama, kedua, dan ketiga. Pada triwulan pertama bidan akan memberikan informasi awal kehamilan, terutama asupan gizi dan menjawab mitos seputar kehamilan.

KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI--Kunjungan bidan Puskesmas Kerinci Kanan ke rumah ibu hamil

Pada kehamilan triwulan kedua, ibu hamil diwajibkan memeriksakan diri ke pos pelayanan terpadu di desa. Diwajibkan empat kali periksa. Namun, disarankan setiap bulan, di luar jika ada keluhan ibu hamil. Kalau ada tanda-tanda kelainan pada bayi, ibu hamil langsung di rujuk ke dokter spesialis.

Dari data yang dibuat bidan desa, akan diperoleh perkembangan kondisi ibu hamil. Pada data masing-masing ibu hamil akan diberi kolom tambahan berwarna hijau, kuning, dan merah. Hijau artinya prediksi persalinan normal, kuning ada kemungkinan risiko saat persalinan, dan merah artinya persalinan dengan risiko.

Mendekati hari kelahiran, penyuluhan semakin intensif. Setiap ibu hamil diberi tahu persiapan persalinan, tanda bahaya kehamilan, pecah ketuban, dan persoalan lain. Bidan desa harus mengetahui rencana ibu hamil akan bersalin dengan siapa.

Kalau hamil anak kedua, harus ada nama orang yang akan menjaga anak pertamanya. Harus ada data nama calon donor darah. Suami sudah harus tahu nomor ambulans desa yang siap mengantarkan ibu hamil jika diperlukan. Adapun ibu hamil yang memiliki kategori tanda persalinan merah akan dipantau lebih intensif.

Upaya keras bidan itu diganjar hasil positif. Sejak program Alarm persalinan dilaksanakan awal 2016, tidak ada lagi ibu yang meninggal saat melahirkan. Kematian bayi berkurang menjadi empat orang dari semula rata-rata delapan orang per tahun. Namun, empat bayi yang meninggal tersebut sudah diprediksi karena memiliki kelainan penyakit atau cacat bawaan yang sudah diketahui sejak dalam kandungan.

Inovasi tidak perlu rumit. Memanfaatkan teknologi yang sederhana, apalagi dilakukan sungguh-sungguh, akan dapat menyelamatkan lebih banyak ibu hamil di negeri ini.

SYAHNAN RANGKUTI 

Sumber: Kompas, 26 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment